PEMBUDIDAYAAN ULAT SUTERA


Jateng (Pati) - Potensi kebutuhan kain sutera sebagai bahan baku pembuatan benang sutera sangat tinggi, hal ini terbukti dari penggunaan benang sutera di industri tenun di Indonesia masih tergantung import dari China. Sebenarnya budidaya ulat sutera di Indonesia sudah lama dikenal, sayangnya kurang diminati. Budidaya ulat sutra ini berada di Desa Tlogorejo Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati.

Dalam budidaya ulat sutera dimaksudkan untuk menghasilkan benang sutera sebagai bahan baku pertekstilan (kain sutera). Untuk melaksanakan pemeliharaan ulat sutera, terlebih dahulu dilakukan penanaman murbei, yang merupakan satu-satunya makanan (pakan) ulat sutera.

Pada dasarnya budidaya ulat sutera memiliki pemeliharaan yang tidak mudah sehingga perlu adanya proses yang begitu lama yang bermula dari telur sampai menjadi kokon yang siap untuk dijadikan sebagai kain sutra itu sendiri, dalam waktu pemijahan telur hingga menjadi kokon memakan waktu 21 hari.

Yang sangat perlu diperhatikan agar menjadikan ulat sutera itu menjadi yang terbaik serta perlu adanya perawatan supaya tidak terkena bakteri dan penyakit yang bisa mengakibatkan ulat sutera itu tidak baik dan juga melihat kondisi cuaca dan suhu ruangan waktu pemijahan ulat hingga jadi kepompong / Kokon.

Agar tidak ada bakteri dan penyakit pada ulat sutera Menurut Pramono (32) Sebagai pengelola ulat kecil dan ulat besar memaparkan kepada ISK bahwa " Sebelum Pemeliharaan kita sudah mengantisipasinya untuk bakteri dan penyakit dengan cara penyemprotan dengan kaporit dan formalin supaya ruangan yang didalamnya" paparnya.

Sementara itu, dia juga menambahkan mengenai Gejala yang ditimbulkan oleh ulat sutera itu sendiri antara lain dari segi pakan, cuaca, lingkungan, dll.

Untuk hasil dari produksi ulat kokon ulat sutera itu sendiri satu panen ulat sutera itu memerlukan maksimal waktu 10 - 11 bulan sekali dengan istilah "volume box" artinya itu berdasarkan daun murbei yang dihasilkan itu sendiri.

#ndasma
Previous Post
Next Post

0 Comments: