Kudus-Teater menjadi salah satu media untuk merefleksikan kebudayaan. Posisinya sebagai jenis kesenian yang menjadi perpaduan dari berbagai jenis kesenian yang lainnya. Tarian atau gerak yang diiringi dengan irama musik kemudian diaplikasikan kedalam bentuk peran atau akting membuat seni teater kerap dipandang sebagai ekspresi kebudayaan paling lengkap di bidang seni. Disisi lain teater yang dalam bahasa jawa sebagai sandiwara sandi (Simbol) dapat dijadikan syiar atau dakwah bagi khalayak ramai.
Pada titik ini, eksistensinya para pelajar NU sebagai generasi penerus pertahanan dinding ajarannya pun tidak mau ketinggalan. Sebuah pertunjukan dengan aksi teatrikalnya mampu membawa audiens pada satu sudut pandang positif dalam menyikapi
problematika bangsa Indonesia yang sedang dihadapi sekarang. Pementasan teater yang diperankan sebanyak 10 pelajar dengan judul ''Tarian Nestapa'' tidak hanya mempunyai nilai estetika yang menyertai sebuah karya seni melainkan mencoba mengembalikan ingatan audiens pada sejumlah sejarah merah putih yang
sudah sepatutnya dijadikan teladan atau pelajaran dalam menjalani roda
keberlangsungan di era sekarang dan mendatang.
Entah mengapa, aksi teatrikal yang begitu memukau dan membuat daya tarik ribuan pelajar semakin berkaca kaca. Begitu takjubnya rangkaian ekspresi antara sedih dan kebahagiaan menjadi penyalur aspirasi dalam menilai tata bangsa yang sulit akan kebebasan. Menurut salah satu pencetus teater yang dimainkan oleh para pelajar NU Kabupaten Kudus, Abu Hasan Al Asy'ari, ''Teater yang dinamakan 54 ini merupakan gabungan personil dari masing masing Kecamatan sebagai wahana berkreasi seni dalam melakukan analisis yang kritis terhadap realitas sosial yang ada, dan
pada kesempatannya kelak akan memberikan pencerahan maupun pandangan
kepada audiens dalam memandang dan menyikapi suatu persoalan,''Ungkapnya.
@Rya W
0 Comments: